Asal Usul Nama Kota Batu, Sejarah, Legenda, dan Fakta Menarik. Kota Batu, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Tanah Air. Keindahan alamnya, udara yang sejuk, serta berbagai tempat wisata menarik membuat kota ini dijuluki sebagai “Swiss Kecil di Pulau Jawa“.
Namun, di balik kemegahan dan pesonanya, tersimpan cerita menarik mengenai asal usul nama “Batu” yang jarang diketahui oleh masyarakat luas.
Baca juga:
Artikel ini akan mengulas secara rinci dan lengkap tentang asal usul nama Kota Batu, dari masa kerajaan hingga era modern, dengan gaya bahasa yang mengalir dan mudah dipahami.

Sejarah Awal: Dari Masa Kerajaan ke Perkembangan Desa
Wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Batu dahulu merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Singhasari dan kemudian Majapahit. Kawasan ini dikenal sebagai daerah pegunungan yang subur dan sejuk, cocok untuk pertanian dan tempat tinggal bagi para petapa maupun tokoh spiritual.
Pada masa Kerajaan Singhasari, kawasan pegunungan seperti Batu digunakan sebagai tempat pertapaan dan pengasingan. Tempat ini dianggap sakral dan ideal bagi para tokoh kerajaan yang ingin bermeditasi dan mencari ketenangan. Beberapa situs peninggalan sejarah seperti Candi Songgoriti dan arca-arca kuno menjadi bukti kuat bahwa wilayah ini telah dihuni sejak berabad-abad silam.
Legenda dan Tokoh Sentral: Asal Nama dari Kyai Gubug Angin
Asal usul nama Kota Batu erat kaitannya dengan tokoh spiritual bernama Abu Ghonaim atau lebih dikenal sebagai Mbah Wastu, seorang pengikut setia dari Sunan Giri. Ia merupakan tokoh penyebar agama Islam di kawasan Pegunungan Panderman pada abad ke-17. Dalam penyebarannya, Mbah Wastu menetap di kawasan yang kini menjadi bagian dari Kota Batu.
Karena masyarakat lokal sulit melafalkan nama “Abu Ghonaim“, maka mereka menyebutnya dengan sebutan yang lebih mudah yaitu “Mbah Tu”. Seiring waktu, penyebutan “Mbah Tu” mengalami perubahan pelafalan menjadi “Mbatu” dan akhirnya dikenal sebagai “Batu”.
Kisah ini dipercaya oleh banyak warga lokal dan menjadi bagian dari narasi budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Hingga saat ini, makam Mbah Wastu (atau Kyai Gubug Angin) masih dapat ditemukan di daerah Temas, dan menjadi tempat ziarah bagi masyarakat.
Peran Kolonial Belanda dalam Administrasi Wilayah
Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Batu menjadi daerah penting karena udara sejuknya yang cocok dijadikan tempat peristirahatan. Belanda mulai membangun villa, rumah peristirahatan, dan infrastruktur di wilayah ini.
Pemerintah kolonial kemudian secara administratif menetapkan wilayah Batu sebagai bagian dari Kawedanan Batu, yang berada di bawah Kabupaten Malang. Nama Batu yang sudah melekat kuat di kalangan penduduk lokal pun diadopsi dalam sistem pemerintahan kolonial.
Sejak saat itu, nama “Batu” tidak hanya dikenal sebagai nama tokoh penyebar agama, namun juga sebagai nama wilayah administratif resmi.
Perkembangan Menjadi Kota Mandiri
Setelah kemerdekaan Indonesia, Batu masih menjadi bagian dari Kabupaten Malang. Namun, karena pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pariwisata, serta kebutuhan otonomi daerah yang lebih kuat, Batu kemudian resmi menjadi kota administratif pada tahun 1993, dan akhirnya ditetapkan sebagai kota otonom pada 17 Oktober 2001 melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001.
Penetapan ini menjadikan Batu sebagai kota ke-38 di Provinsi Jawa Timur dan memiliki kewenangan penuh untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Nama “Batu” pun resmi digunakan sebagai nama kota dan menjadi identitas kebanggaan masyarakat setempat.

Nilai Filosofis Nama “Batu”
Selain berasal dari nama tokoh, masyarakat juga memberikan makna filosofis terhadap nama “Batu“. Dalam pandangan masyarakat lokal, batu adalah simbol keteguhan, kekuatan, dan ketegasan. Wilayah Batu yang terletak di antara pegunungan dianggap sebagai tempat yang kokoh dan tahan terhadap berbagai gejolak zaman.
Nilai-nilai ini mencerminkan karakter masyarakat Batu yang dikenal tangguh, ramah, serta bersahabat. Bahkan hingga kini, semangat gotong royong dan budaya lokal di Kota Batu masih sangat terasa kuat, terutama dalam perayaan-perayaan adat dan kegiatan sosial.
Fakta Menarik Lain Tentang Kota Batu
- Batu Berasal dari Pegunungan Panderman
Kota ini dikelilingi oleh beberapa gunung seperti Gunung Panderman, Gunung Arjuno, dan Gunung Banyak, menjadikan daerah ini memiliki sumber air melimpah dan tanah subur. - Pusat Wisata Sejak Zaman Belanda
Selain dikenal karena kisah spiritualnya, Batu telah lama dijadikan tempat peristirahatan dan wisata alam sejak era kolonial. - Dikenal Sebagai Kota Apel
Kota Batu juga dikenal sebagai sentra pertanian apel terbesar di Jawa Timur. Tanaman apel mulai diperkenalkan oleh Belanda dan berkembang pesat hingga menjadi ikon daerah. - Julukan Kota Wisata
Dengan banyaknya destinasi seperti Jatim Park, Museum Angkut, Alun-alun Batu, dan air terjun Coban Rondo, Batu dikenal luas sebagai Kota Wisata yang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.
Kesimpulan
Nama Kota Batu bukanlah nama yang muncul secara tiba-tiba, melainkan lahir dari perjalanan panjang sejarah, spiritualitas, dan transformasi sosial. Dari seorang tokoh bernama Abu Ghonaim atau Mbah Wastu, berkembanglah sebutan “Mbah Tu” hingga menjadi “Batu”, yang kemudian diadopsi sebagai nama wilayah administratif dan akhirnya menjadi nama kota modern yang mandiri.
Cerita tentang asal usul nama Kota Batu menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya lokal dan sejarah spiritual dalam membentuk identitas suatu daerah. Ditambah dengan perkembangan wisata dan otonomi daerah, Batu kini tidak hanya menjadi kota yang maju secara ekonomi, namun juga memiliki kedalaman nilai sejarah yang patut dilestarikan.
Tips Singkat: Menikmati Kota Batu dengan Lebih Bermakna
- Kunjungi Makam Mbah Wastu di Temas untuk memahami sejarah spiritual kota.
- Jelajahi Cagar Budaya seperti Candi Songgoriti yang menyimpan jejak masa lampau.
- Ikuti Tur Budaya Lokal, seperti festival rakyat atau pertunjukan seni tradisional.
- Berinteraksi dengan Warga Lokal untuk menggali cerita sejarah yang tidak tertulis.
- Dukung Produk UMKM khas Batu sebagai bentuk pelestarian budaya dan ekonomi lokal.
Jika Anda berkunjung ke Kota Batu, ingatlah bahwa setiap sudutnya menyimpan cerita—bukan hanya tentang pemandangan indah, tetapi juga tentang jejak sejarah panjang dan nilai-nilai yang membentuk identitas masyarakatnya. Nama “Batu” bukan sekadar kata, melainkan warisan yang hidup hingga kini.
Baca juga: