Ciri Khas Soto Lamongan. Soto, hidangan kuah legendaris Nusantara, punya banyak varian. Salah satu yang paling terkenal adalah Soto Lamongan, tumbuh dari tradisi masyarakat Lamongan di pesisir utara Jawa Timur.

Kawasan Dusun Kebontengah, Kecamatan Deket diyakini sebagai “kawah candradimuka” soto ini. Legenda lokal mengisahkan bahwa Soto Lamongan lahir dari tradisi memasak orang sekitar yang terinspirasi tokoh spiritual seperti Buyut Bakal, juru masak Sunan Giri.

Soto ayam Lamongan mulai dikenal luas pada era 1980–1990-an berkat aktivitas perantau Lamongan. Penjual sotonya membuka warung-musiman bahkan menonjolkan nama “Asli Lamongan” sebagai simbol keautentikan rasa. Pada 2021, Soto Ayam Lamongan resmi mendapat hak paten dari Kemenkumham sebagai kuliner khas daerah.


Kuah Kuning Gurih, Berempah dan Beraroma Nusantara

Ciri khas paling mencolok dari Soto Lamongan adalah kuah kuning bening, yang berasal dari kunyit. Kuah ini tidak memakai santan, berbeda dengan banyak varian soto lain. Rempah-ratus seperti bawang putih, ketumbar sangrai, merica, kemiri sangrai, jahe, lengkuas, serai, dan daun jeruk menambah kedalaman aroma dan rasa.

Di antara sederet rempah, kunyit memberikan warna kuning yang khas—menjadikan kuah Soto Lamongan khas dibanding soto Kudus yang lebih cokelat atau soto Madura yang bening tanpa kunyit. Gurih dan segar, kuah ini sangat cocok dinikmati hangat, terutama saat cuaca dingin atau habis aktivitas.

Baca Juga: Roro Jonggrang, Legenda Mistis di Balik Candi Prambanan


Koya: Taburan Super yang Memikat Lidah

Tidak lengkap menikmati Soto Lamongan tanpa koya—serbuk gurih dari kerupuk udang (atau kadang kelapa goreng) yang dihaluskan bersama bawang putih. Koya menambah aroma, menambah gurih, dan memperkaya tekstur kuah.

Dalam banyak resep, kunci kaya rasa Soto Lamongan adalah sabar menumis dan memasukkan koya di akhir saji—pengalaman makan jadi berubah jadi lebih istimewa. Koya dianggap sebagai identitas unik Soto Lamongan, tak ditemukan di varian lain.


Daging Ayam Kampung: Tekstur Padat dan Rasa Menggigit

Soto Lamongan klasik menggunakan daging ayam kampung, yang teksturnya padat dan tak mudah hancur saat direbus. Penjual tradisional Lamongan biasanya memang memilih ayam jenis ini karena kualitas dagingnya bagus dan rasa lebih otentik.

Dalam proses memasak, potongan ayam “diiris menyamping” agar struktur tetap terjaga. Jika digunakan ayam broiler, daging cenderung hancur dan tekstur berbeda. Di perantauan, kadang ayam kampung diganti ayam negeri—hasilnya lebih berlemak dan kuah lebih pekat, tapi berbeda dari rasa aslinya.


Pelengkap Otentik: Bihun, Kol, Telur Rebus, dan Jeruk Nipis

Seporsi Soto Lamongan biasanya hadir dengan pelengkap segar dan tahan lama:

  • Bihun atau mi kuning, warisan pengaruh kuliner Tionghoa.
  • Kol iris tipis, menambah renyah dan segar.
  • Telur rebus, memperkaya protein dan tekstur.
  • Daun bawang & seledri, menambah aroma dan rasa segar
  • Irisan jeruk nipis, diperas di atas soto untuk kesejukan asam ringan.
  • Bawang goreng, menambah rasa gurih dan aroma sedap di permukaan kuah.

Beberapa penjual juga menyediakan sambal pedas di samping untuk menyesuaikan selera pedas orang Jawa Timur.


Sosok Soto Lamongan dalam Budaya dan Ekonomi Nusantara

Soto Lamongan jadi hidangan utama di momen sosial seperti resepsi pernikahan, khitanan, atau selamatan—lebih diprioritaskan daripada menu lain seperti rawon, karena ayam lebih murah dan mudah diolah. Keberadaannya di acara besar mencerminkan statusnya sebagai kuliner kebanggaan lokal.

Dengan menyebar melalui perantau Lamongan, soto ini menjadi ikon kuliner di kota besar hingga luar negeri—seperti Belanda dan Jepang. Saking terkenalnya, pemerintah daerah juga mendorong promosi kuliner ini sebagai daya tarik wisata, melibatkan lebih dari 2.000 UMKM kuliner.


Perbedaan dengan Soto Daerah Lain

Soto Madura

  • Daging: sapi;
  • Kuah: bening, bukan kunyit;
  • Pelengkap: emping, kerupuk, sambal khas Madura;
  • Koya tidak digunakan.

Soto Kudus

  • Kuah: lebih kecokelatan karena rempah lain;
  • Daging: biasanya kerbau;
  • Tidak ada koya.

Soto Betawi/Semarang/Bandung

  • Variasi: santan (Betawi), kuah rempah beda (Bandung), struktur dan bumbu beragam;
  • Soto Lamongan sangat berbeda dengan kuah ringan tanpa santan.

Reddit juga menegaskan:

“Soto Lamongan… kuahnya kuning-kuning… cenderung light and bright… ditambah jeruk… dan koya”.

Dan pengguna lain menyatakan:

“Kalau saya suka soto Lamongan yang pakai bumbu koya.”.


Ringkasan Ciri Khas Soto Lamongan

Berikut ringkasan karakteristik khas yang membuat Soto Lamongan mendunia:

  1. Kuah bening berwarna kuning alami (tanpa santan), kaya rempah.
  2. Taburan koya dari kerupuk udang + bawang putih—penanda ikon kuliner.
  3. Daging ayam kampung yang disuwir tipis namun kenyal.
  4. Kombinasi bihun, kol, telur, daun bawang, seledri, jeruk nipis, dan bawang goreng.
  5. Tekstur dan aroma yang seimbang antara gurih, segar, dan berempah.
  6. Fungsi sosial sebagai kuliner acara adat dan gaya hidup kuliner perantau.
  7. Legalitas sah kuliner dengan paten resmi; jadi simbol identitas Lamongan.

Mengapa Soto Lamongan Bertahan dan Mendunia?

  • Rasa khas vs fleksibilitas rendang global: combination rasa gurih, segar, dan berempah sangat memikat lidah.
  • Budaya perantau: banyak orang Lamongan sukses membuka warung soto di kota besar, menyebarkan rasa dan reputasi kuliner.
  • Simbol lokal: menjadi identitas daerah, ditemui di acara penting, dan diakui resmi sebagai warisan kuliner.
  • Media digital: platform seperti Instagram, YouTube membantu memperkenalkan soto ini ke dunia modern.

Baca Juga: Candi Borobodur: Keajaiban Budaya Dunia di Indonesia


Penutup

Soto Lamongan adalah mahakarya kuliner Indonesia—kuah kuning berempah, daging ayam kampung yang pas, dan pelengkap kaya rasa; ditambah koya sebagai penutup khas yang tak tergantikan. Ini bukan hanya hidangan, tapi juga warisan budaya, identitas komunitas, dan simbol perantau yang membuat segenggam cita rasa Lamongan bisa dinikmati milenial hingga diaspora!