Cerita Rakyat dan Mitos Populer dari Trenggalek yang Masih Diyakini Hingga Kini. Trenggalek, sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur, menyimpan kekayaan budaya dan sejarah yang begitu kental. Daerah ini tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena cerita-cerita rakyat dan mitos yang berkembang dari masa ke masa.
Banyak masyarakat Trenggalek masih mempercayai cerita-cerita tersebut sebagai bagian dari warisan leluhur yang sarat makna dan pelajaran hidup.
Baca juga: Mbok Yem Meninggal Dunia: Akhir Perjalanan Sang Penjaga Gunung Lawu
Cerita rakyat dan mitos ini telah dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi, menjadi bagian dari identitas masyarakat lokal. Berikut ini adalah rangkuman cerita rakyat dan mitos paling populer dari Trenggalek yang masih diyakini hingga kini, lengkap dengan nilai budaya, makna simbolis, dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.
1. Legenda Ki Ageng Menak Sopal – Pembangun Terowongan Bersejarah
Salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah Trenggalek adalah Ki Ageng Menak Sopal, yang dikenal sebagai tokoh pembangunan Terowongan Wilis—sebuah terowongan kuno yang hingga kini masih digunakan untuk sistem irigasi di daerah Trenggalek.
Mitos dan Kepercayaan:
Konon, dalam pembangunan terowongan tersebut, Ki Ageng Menak Sopal harus membuat perjanjian gaib dengan makhluk halus penunggu Gunung Wilis. Untuk merampungkan pembangunan, ia dikisahkan harus memberikan tumbal berupa manusia. Ada versi yang menyebut bahwa anaknya sendiri dijadikan tumbal demi kelancaran proyek ini.
Masyarakat sekitar masih sering mengadakan sesaji atau ritual kecil di area sekitar Terowongan Wilis sebagai bentuk penghormatan terhadap Ki Ageng Menak Sopal dan penunggu gaib wilayah tersebut.
Makna Budaya:
Cerita ini menggambarkan nilai pengorbanan dan dedikasi terhadap kepentingan orang banyak. Meski terkesan mistis, legenda ini menjadi simbol semangat gotong royong dan perjuangan dalam membangun daerah.
2. Asal Usul Nama Trenggalek – Dari “Tarang Galih”
Banyak versi yang menjelaskan asal-usul nama Trenggalek. Salah satu cerita rakyat yang paling populer adalah legenda “Tarang Galih”, yang merupakan bahasa Kawi yang berarti “Cahaya Hati“.
Ringkasan Cerita:
Dikisahkan, seorang pangeran bernama Galih melakukan perjalanan spiritual di daerah hutan belantara yang kini menjadi Trenggalek. Dalam perenungannya, ia mendapat cahaya ilahi atau “tarang” yang membimbingnya menuju pencerahan dan kebaikan. Dari sinilah kemudian wilayah tersebut dikenal sebagai Tarang Galih, yang lama-lama berubah pengucapan menjadi Trenggalek.
Kepercayaan Masyarakat:
Masyarakat percaya bahwa wilayah Trenggalek adalah tempat yang penuh berkah dan energi spiritual yang kuat. Beberapa lokasi seperti gua, air terjun, dan gunung sering dijadikan tempat bertapa atau semedi oleh orang-orang yang mencari “tarang” atau pencerahan batin.
3. Mitos Nyai Pohsarang – Penjaga Alam dan Sungai
Salah satu sosok gaib yang paling dihormati di wilayah Trenggalek adalah Nyai Pohsarang, makhluk halus yang dipercaya sebagai penjaga sungai dan hutan-hutan di sekitar kawasan Bendungan Nglinggis dan daerah pegunungan.
Cerita Rakyat:
Menurut cerita warga, Nyai Pohsarang dulunya adalah seorang putri kerajaan yang meninggalkan kehidupan istana dan memilih menyatu dengan alam. Ia diyakini menjelma menjadi penjaga alam, menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan.
Pengaruh Sosial:
Hingga kini, banyak warga sekitar yang meyakini bahwa jika tidak menjaga kelestarian hutan dan sungai, Nyai Pohsarang akan marah dan menimbulkan bencana, seperti banjir atau tanah longsor. Ritual sesaji sering dilakukan saat musim kemarau panjang agar Nyai Pohsarang memberi hujan.
Baca juga: Makanan Khas Lumajang yang Wajib Dicoba Sekali Seumur Hidup
4. Gua Ngerit dan Kisah Raja Siluman
Gua Ngerit, yang terletak di Kecamatan Watulimo, juga memiliki cerita rakyat tersendiri. Konon, gua ini adalah istana dari Raja Siluman Ular yang sangat sakti.
Legenda:
Dikatakan bahwa siapa pun yang masuk gua dengan niat tidak baik, seperti kesombongan atau ingin mencari kekayaan secara instan, akan tersesat dan tidak bisa keluar lagi. Sebaliknya, mereka yang datang dengan hati tulus, bisa mendapatkan berkah atau pertanda baik dalam hidupnya.

Mitos yang Masih Diyakini:
Beberapa pengunjung masih melakukan ritual kecil sebelum masuk ke gua, seperti berdoa atau menabur bunga, untuk meminta izin pada penghuni gaib gua tersebut. Ini mencerminkan keyakinan bahwa alam dan makhluk halus harus dihormati.
5. Larangan Menikah di Bulan Suro – Kepercayaan Adat Jawa
Meskipun larangan ini tidak hanya berlaku di Trenggalek, namun masyarakat di sini sangat memegang teguh tradisi tidak menikah di Bulan Suro.
Latar Belakang:
Bulan Suro (bulan pertama dalam kalender Jawa) dianggap sebagai bulan sakral yang penuh dengan aura mistis dan kegiatan spiritual. Masyarakat percaya bahwa menikah di bulan ini akan membawa sial atau rumah tangga yang tidak harmonis.
Praktik Nyata:
Hingga kini, kalender pernikahan masyarakat Trenggalek selalu menghindari Bulan Suro. Sebaliknya, bulan setelahnya seperti Bulan Sapar atau Mulud dianggap lebih baik untuk menggelar pernikahan.
6. Kisah Rakyat Gunung Prongos – Tempat Bertemunya Manusia dan Makhluk Halus
Gunung Prongos, yang berada di perbatasan Trenggalek dan Tulungagung, dikenal sebagai gunung keramat. Banyak cerita menyebut bahwa gunung ini adalah tempat bertemunya dua alam: alam manusia dan alam lelembut (makhluk halus).
Cerita Masyarakat:
Konon, sering terdengar suara gamelan dari arah gunung pada malam hari, terutama saat malam Jumat Kliwon. Suara itu dipercaya berasal dari kerajaan gaib yang sedang menggelar pesta atau upacara.

Pendaki atau warga yang nekat mendekat kadang mendapati suasana mistis dan mengalami kejadian aneh, seperti jalan memutar sendiri, kabut tebal tiba-tiba muncul, atau kehilangan arah.
7. Larangan Mengucapkan Kata Kasar di Pantai Konang
Pantai Konang, yang indah dengan ombak khas laut selatan, juga punya kepercayaan unik. Masyarakat mempercayai adanya makhluk penunggu laut, mirip dengan mitos Nyai Roro Kidul, yang tidak menyukai ucapan kasar atau perilaku tidak sopan.
Kepercayaan:
Siapa pun yang berkata kasar atau berbuat tidak sopan di pantai ini dipercaya bisa mengalami celaka, seperti tenggelam, terseret ombak, atau tersesat di tengah malam.
Para nelayan dan warga setempat sering mengingatkan pengunjung untuk menjaga etika selama berada di kawasan pantai.
Baca juga: Apa Itu Nasi Tiwul? Makanan Tradisional Khas Yogyakarta yang Bernuansa Nostalgia
Nilai-Nilai Moral dan Budaya dari Cerita-Cerita Rakyat Ini
Cerita rakyat dan mitos dari Trenggalek ini bukan hanya kisah dongeng tanpa makna. Di balik cerita-cerita tersebut, tersimpan nilai-nilai luhur yang masih relevan hingga kini, seperti:
- Menjaga alam dan lingkungan
- Menghormati leluhur dan roh penjaga wilayah
- Menanamkan etika dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari
- Menghargai proses spiritual dalam kehidupan manusia
Mengapa Cerita Rakyat Masih Bertahan di Era Modern?
Meski zaman telah berubah dan teknologi berkembang pesat, cerita rakyat di Trenggalek tetap hidup. Ada beberapa alasan mengapa cerita-cerita ini masih bertahan:
- Diajarkan secara turun-temurun dalam keluarga.
- Menjadi bagian dari upacara adat dan budaya lokal.
- Diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman etika.
- Didukung oleh ritual tradisional seperti bersih desa, sedekah bumi, dan malam tirakatan.
Masyarakat modern mungkin tidak lagi mempercayai mitos secara harfiah, namun tetap menghormati dan melestarikannya sebagai bagian dari jati diri budaya lokal.
Tips Singkat Menjelajahi Trenggalek dari Perspektif Budaya
Jika Anda tertarik menjelajahi Trenggalek dengan sudut pandang budaya dan cerita rakyat, berikut beberapa tips singkat yang bisa Anda terapkan:
✅ Hormati budaya lokal: Hindari bersikap atau berkata kasar di lokasi keramat.
✅ Ikuti aturan masyarakat setempat, terutama saat mengunjungi gua, gunung, atau pantai.
✅ Tanyakan kisah lokal kepada warga tua – mereka adalah penjaga cerita sejati.
✅ Gunakan pemandu lokal saat menjelajah tempat-tempat mistis atau sakral.
✅ Dokumentasikan cerita yang Anda dengar, sebagai upaya pelestarian budaya lisan.
Penutup
Cerita rakyat dan mitos dari Trenggalek adalah warisan budaya yang memperkaya identitas daerah ini. Meski dibalut dalam kisah mistis, cerita-cerita tersebut mengandung pesan moral yang kuat dan relevan hingga kini. Dalam era modern, menjaga dan menghormati kearifan lokal seperti ini adalah bentuk nyata dari pelestarian budaya bangsa.
Dengan mengenali dan memahami kisah-kisah tersebut, kita tidak hanya mengenal Trenggalek lebih dalam, tetapi juga belajar untuk menghargai sejarah, spiritualitas, dan nilai luhur dari masa lalu.
Baca juga: Wisata Sejarah dan Budaya di Lumajang yang Tak Banyak Orang Tahu