Sejarah Kota Batu dari Masa ke Masa. Kota Batu, yang kini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia, menyimpan sejarah panjang yang kaya akan budaya, perubahan politik, dan perkembangan ekonomi.
Terletak di Provinsi Jawa Timur, sekitar 20 km dari Kota Malang, Batu dulunya hanyalah daerah pedesaan yang tenang dengan alam yang subur. Seiring waktu, kota ini tumbuh menjadi kawasan wisata berkelas nasional dan internasional.
Kita akan menelusuri sejarah Kota Batu dari masa prasejarah, era kerajaan, kolonial, kemerdekaan, hingga transformasi modern saat ini.

Awal Mula Kota Batu: Jejak Prasejarah
Sejarah Kota Batu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan manusia sejak masa prasejarah. Temuan arkeologi seperti batu kenong, dolmen, dan menhir di kawasan Songgoriti dan Beji menunjukkan bahwa wilayah ini sudah dihuni manusia sejak zaman megalitikum. Letaknya yang strategis di lereng Gunung Panderman dan Gunung Arjuno menjadikan Batu tempat ideal untuk bercocok tanam dan bermukim.
Kontur tanah yang subur, sumber mata air yang melimpah, serta iklim sejuk mendukung kehidupan masyarakat agraris pada masa itu.
Masa Kerajaan: Batu dalam Lintasan Kerajaan-kerajaan Besar
Pada abad ke-10 hingga ke-15, wilayah Batu berada di bawah pengaruh Kerajaan Medang (Mataram Kuno), lalu bergeser ke Kerajaan Kediri, Singhasari, dan akhirnya Majapahit. Bukti sejarah seperti candi-candi kecil dan peninggalan prasasti memperkuat dugaan bahwa wilayah Batu memiliki peran penting sebagai kawasan pertanian dan spiritual.
Baca juga: Misteri Gunung Kawi: Antara Kepercayaan Mistis dan Daya Tarik Spiritual di Jawa Timur
Salah satu tokoh spiritual terkenal dari Batu adalah Empu Supo, seorang pertapa dan pemahat logam dari masa Kerajaan Singhasari. Hingga kini, kawasan Songgoriti dipercaya sebagai tempat bertapa para spiritualis sejak zaman kuno.
Masa Kolonial Belanda: Kota Peristirahatan Bangsawan
Memasuki abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda mulai mengeksplorasi wilayah pegunungan di Jawa Timur sebagai tempat peristirahatan. Batu, dengan ketinggian 700-1.700 mdpl, udara sejuk, dan pemandangan alam menakjubkan, dipilih sebagai lokasi vila dan sanatorium bagi para pejabat Belanda.
Pada masa ini, banyak dibangun rumah-rumah peristirahatan bergaya Eropa, kebun apel pertama, dan perkebunan teh. Jalan-jalan utama juga mulai dirancang, menghubungkan Batu dengan Malang dan daerah sekitarnya. Pemerintah kolonial menjuluki Batu sebagai “De Kleine Zwitserland” atau “Swiss kecil di Pulau Jawa” karena keindahan alamnya yang menyerupai Pegunungan Alpen.
Masa Kemerdekaan: Batu sebagai Bagian Kabupaten Malang
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Batu masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Malang. Meskipun secara administratif belum berdiri sendiri, perkembangan sosial dan ekonominya cukup pesat.
Warga Batu banyak bergantung pada sektor pertanian, terutama apel, jeruk, dan sayur-sayuran dataran tinggi. Selain itu, muncul pula industri kecil, penginapan rakyat, dan transportasi wisata ke daerah pegunungan, seperti Selecta dan Coban Rondo.
Pada era Orde Baru, Batu mulai dikenal sebagai kota agrowisata. Pemerintah Kabupaten Malang dan provinsi mulai serius membangun infrastruktur wisata dan mempromosikan Batu sebagai alternatif wisata selain Malang dan Surabaya.
Batu Menjadi Kota Otonom: Perjalanan Menuju Kemandirian
Tanggal 17 Oktober 2001 menjadi tonggak penting dalam sejarah Kota Batu. Pada hari itu, Batu resmi ditetapkan sebagai kota otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001. Kota ini memisahkan diri dari Kabupaten Malang dan memiliki pemerintahan sendiri dengan tiga kecamatan: Batu, Bumiaji, dan Junrejo.
Sejak saat itu, pembangunan kota semakin masif. Pemerintah Kota Batu mulai merancang pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian, dan pendidikan. Pemerintah juga mendorong pelestarian budaya lokal seperti kesenian Bantengan, Kuda Lumping, dan upacara adat sedekah bumi.

Kota Batu Saat Ini: Destinasi Wisata Nasional dan Internasional
Memasuki dua dekade pertama abad ke-21, Kota Batu berkembang pesat menjadi ikon pariwisata Jawa Timur. Tempat-tempat wisata modern seperti Jatim Park 1, 2, dan 3, Museum Angkut, Batu Secret Zoo, Eco Green Park, serta taman bunga Selecta menjadi magnet utama wisatawan.
Sektor pariwisata mendongkrak ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan mengundang investor. Infrastruktur juga ditingkatkan: akses jalan diperluas, fasilitas umum diperbaiki, dan penginapan dari kelas melati hingga hotel bintang lima tumbuh dengan cepat.
Tak hanya wisata modern, Batu juga mempertahankan keindahan alam dan budaya. Petani apel dan sayur tetap berproduksi, dan desa wisata seperti Desa Bumiaji dan Desa Tulungrejo menggabungkan pertanian dengan edukasi dan ekowisata.
Baca juga: Jejak Sejarah Tulungagung: Majapahit hingga Kota Marmer
Tantangan dan Masa Depan Kota Batu
Meski tumbuh pesat, Kota Batu juga menghadapi sejumlah tantangan. Urbanisasi cepat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan. Selain itu, bencana alam seperti longsor dan banjir menjadi ancaman akibat kerusakan lingkungan.
Pemerintah kota kini tengah fokus pada pembangunan berkelanjutan dengan prinsip ekowisata dan green city. Edukasi kepada warga tentang pentingnya menjaga ekosistem pegunungan dan konservasi lahan terus dilakukan.
Dalam waktu dekat, Batu juga akan berbenah sebagai smart tourism city, memanfaatkan teknologi digital untuk memudahkan layanan wisata dan promosi secara global.
Fakta Unik Seputar Kota Batu
- Asal-usul Nama “Batu”: Nama Batu berasal dari nama seorang tokoh ulama bernama Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang dikenal dengan sebutan “Mbah Tu”. Sebutan ini kemudian berubah menjadi “Mbatu” dan akhirnya menjadi “Batu”.
- Suhu Rata-Rata: Kota Batu dikenal sejuk sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 15–22°C, cocok untuk pertanian hortikultura dan destinasi healing.
- Kota Agropolitan: Batu disebut juga kota agropolitan, menggabungkan pertanian dan pembangunan kota untuk mendukung kesejahteraan petani sekaligus industri pariwisata.
Tips Singkat Menjelajahi Sejarah Kota Batu
- Kunjungi Songgoriti: Lokasi ini menyimpan jejak megalitikum, candi kuno, dan sumber air panas alami.
- Explore Museum Angkut dan Jatim Park: Selain hiburan, tempat ini menyimpan informasi sejarah transportasi dan edukasi budaya Nusantara.
- Berjalan-jalan di Alun-Alun Kota Batu: Nikmati suasana malam sambil mencicipi kuliner khas seperti sate kelinci dan wedang jahe.
- Ikuti Festival Budaya Lokal: Jika datang saat ada festival seperti Kirab Budaya atau Hari Jadi Kota Batu, Anda bisa menyaksikan kekayaan budaya masyarakat setempat.
Penutup
Sejarah Kota Batu merupakan kisah panjang dari sebuah desa kecil yang tumbuh menjadi kota wisata modern tanpa meninggalkan akar budayanya. Dengan kombinasi antara keindahan alam, kearifan lokal, dan inovasi pariwisata, Kota Batu akan terus menjadi primadona destinasi liburan di Indonesia.
Menelusuri sejarah Batu bukan hanya soal mengenang masa lalu, tapi juga tentang menghargai warisan leluhur dan menjaga alam untuk generasi mendatang.
Baca juga: 5 Wisata Alam di Tulungagung yang Cocok untuk Healing